INSTROPEKSI 1447 H!
Belakangan ini, kita dapati celetuk nyeleneh dari kalangan tak bertangggung jawab, mereka asal-asalan memvonis dan memprediksi bahwa kejadian yang mencuat di pemurkaan nanti termasuk salah satu simbol akan dekatnya hari kiamat. Contoh di dua tahun silam, beberapa oknum tak dikenal statusnya di media massa mengabarkan akan ada peristiwa bakalan terjadi di bulan Ramadan yang dikenal dengan ‘ad-Dukhan’; kabut asap yang menyebar ke seluruh penjuru bumi, menyelimuti segala sesuatu menonjol di atas tanah. Lalu seluruh aktivitas manusia kala itu akan terhenti dadakan tak ubahnya seperti virus covid-19. Lalu, mereka seakan dikarantina di rumah masing-masing, mungkin tak ada satupun gerakan yang terlihat. Anjuran bagi mereka yang Muslim untuk mendekap di kamarnya dengan selimut, tutup ventilasi rapat-rapat, lalu Ia menghadap ke kiblat sembari berdoa ‘’Subhanal quddus’’ hingga kabut hilang bak ditelan bumi. Lalu apa yang terjadi kemudian? Yang awalnya ia seolah-olah akan terjadi secara presisi, namun yang ada mereka hanya membual-bual, serta mengada-ngada. Ternyata mereka menampilkan berita hoaks itu untuk menarik netizen+62 sehingga mengundang datangnya uang. Anehnya lagi, tak sedikit yang mempercayainya, wa bil-khusus mereka dari kalangan awam.
Ulama pendahulu banyak mensyarahi setiap fenomena penanda kiamat. Misal, di antara dari tanda kiamat sughra, Perang Shiffin. Paparan asumsi demikian berlandaskan arti bebas sabda Nabi “Akan ada peperangan antara dua kubu besar”, sedangkan perang yang mendekati dengan sabda nabi -sekali lagi menurut mereka- adalah perang itu. Tapi, keputusan tersebut belum dinyatakan final kebenarannya dikarenakan hadis yang dibuat pijakan tadi berupa hadis mubham. Mungkin saja sabda Nabi ini belum terjadi dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi di masa mendatang; Perang Dunia III, meninjau hari demi hari konflik Timur Tengah itu kian memanas, terlebih Iran vs Amerika yang kini lagi marak-maraknya. Kemudian dari beberapa tanda kiamat wustha di antaranya, istri menolong suami dalam perniagaannya. Bukan hal asing lagi pada zaman sekarang ruang profesi di toko, warung dan perkantoran diduduki oleh kaum wanita, mereka tidak menyadari bahwa dengan ikut bekerja walaupun di samping suami juga sama memperjuangkan kesetaraan status wanita dengan lelaki seperti yang dikoar-koarkan oleh kaum wanita barat hingga kemudian lahirlah istilah untuk judul gerakan itu yang biasa disebut dengan gerakan “Feminisme’’.
BACA JUGA: Konflik Israel-Palestina serta Relasinya dengan Akhir Zaman
Tak mau ketinggalan juga dalam hal ini, Syekh Salamah Jubr dalam karangannya bertajuk ‘’Ajaibur-Ru’ya wal Manam’’ menceritakan beberapa orang yang mendatangi beliau guna mentakwil mimpi yang mereka alami. Di antaranya, mimpi aneh terkait bintang bertabrakan satu sama lain dan pintu langit di waktu itu terpilah menjadi dua pintu, yang satu besar, satu lagi kecil. Di bawah kedua pintu itu terdapat teks berikut:
إِنَّ مُحَمَّدًا نَبِيُّ اللهِ
وَأَنَّ مُوسَىٰ كَلِيمُ اللهِ
وَأَنَّ عِيسَىٰ وَلِيُّ الله
يَنْزِلُ عِيسَىٰ عَامَ ١٤٥٧ هـ.
Angka tersebut memakai angka latin atau Inggris, Sedangkan ha’nya mamakai huruf arab. Lalu sebagai pemungkas dialognya, Ia bertanya kepada para tokoh agama sekitar, dan mereka menimpalinya, ‘’Ceritakan mimpi itu kepada orang terpercaya’’.
Mushanif kitab ini menafsiri mimpi orang tersebut sebagai berikut; pertemuan antara satu bintang dengan yang lain mengindikasikan bahwa terjadinya hari kiamat kala itu, sehingga kemudian terbukalah pintu langit, baik yang kecil maupun yang besar seperti yang diceritakan di atas. Apa di balik perbedaan kedua pintu tadi. Pintu yang besar, menunjukkan akan tumpah ruahnya rahmat Tuhan. Sedangkan yang kecil, menunjukkan akan sempitnya peluang kotoran manusia terbang menembus tembok langit secara keseluruhan. Terus kenapa Nabi Isa berlabel ‘waliyul Allah’, bukan Nabiyullah. Bersebab turunnya Nabi Isa di ujung masa bukan lagi untuk menjadi khatamul Anbiya’, akan tetapi menjadi pemimpin atau penguasa adil waktu itu dengan mengikuti ketentuan syariat Nabi Muhammad ﷺ. Konon, di samping Ia berstatus nabi, rasul sekaligus ulul azmi, Ia juga memproklamirkan dirinya dari bagian umat Nabi Muhammad ﷺ. Adapun mengenai tahun tepatnya turun Nabi Isa, La yujalliha liwaqtiha illa huwa (Allah). Jika mimpi itu akan terungkap kebenarannya, maka juga tidak mustahil hal itu bagi Allah melihat kita kemungkinan besar berada di ujung-ujungnya waktu itu.
Penulis ingin menyampaikan juga sekaligus mawas diri, kita ini-sekarang-, hidup di zaman di mana jika 1400 silam dulu Nabi diutus sebagai salah satu tanda hari akhir, maka kita apalagi yang lebih berdekatan dengan hari misteri dan menakutkan itu. Perbanyaklah berdzikir, kurangilah bernyinyir. Sering-seringlah mewejang akan senjanya umur dunia ini daripada mematung di tempat, lebih-lebih menonton tanpa diiringi adanya aksi, dan ada baiknya bila aksi itu dimulai dengan membudayakan Ibda’ binafsik’ terlebih dulu, bukan malah menggonggong bersikeras sehingga hidup mereka seolah terkesan terusik. Sekian!
Mikyal Milad/IstinbaT
BACA JUGA: Turunnya Nabi Isa Menjelang Hari Kiamat