Trik Menaklukkan Makhluk Tak Kasat Mata
Alangkah baiknya bagi orang yang berakal agar mengendalikan syahwatnya dengan tidak banyak makan, yakni dalam keadaan perut lapar. Sebab, hal itu dapat menaklukkan musuh Allah ﷻ, karena sesungguhnya jembatan setan adalah beberapa syahwat makan dan minum, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ:
اَنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِيْ مِنْ اِبْنِ ادم مَجْرَى الدَّمِ فَضَيِّقُوا مَجَارِيَهُ بِالْجُوْعِ
“Sesungguhnya setan itu berjalan di aliran darah anak Adam. Maka persempitlah aliran darah itu dengan cara perut lapar.” (HR. Bukhari)
Hadis di atas telah jelas dan tidak bisa dipungkiri sebagai anjuran dalam melawan godaan setan. Kebalikan dari lapar itu sendiri adalah perut kenyang, bukan berarti tidak boleh kenyang sama sekali. Setidaknya solusi memerangi godaan setan adalah dengan cara lapar yang telah disabdakan oleh Nabi. Sebab, lapar itu dapat mencegah syahwat, dan syahwat itu sendiri merupakan perantara sebagai pendukung setan untuk mengusik keimanan seseorang.
Secara pasti perut merupakan sumber tumbuhnya syahwat, dan syahwat perut merupakan petaka besar bagi manusia bila terus dituruti. Bukankah kalian telah paham, bahwa Nabi Adam dan Hawa dikeluarkan dari alam baka yakni Surga menuju alam fana dunia yang hina ini, tak lain gara-gara dikalahkan syahwat perut, sehingga memakan buah pohon terlarang.
Sebagian ahli hikmah berkata, “Orang yang telah dikuasai oleh nafsunya maka dia akan menjadi tawanan keinginan syahwatnya dan dia dikurung dalam penjara kehinaan, serta hatinya tercegah dari beberapa faedah keilmuan.” Anggota badan ini layaknya bumi, bilamana orang itu menyiramnya dengan syahwat yang hina, niscaya ia telah menanam di dalam hatinya bibit-bibit pohon penyesalan.
Sesungguhnya Allah ﷻ telah menciptakan makhluk terdiri dari tiga macam. Pertama, Allah ﷻ menciptakan malaikat yang dikaruniai akal tanpa memiliki rasa syahwat. Kedua, Allah ﷻ menciptakan hewan yang dikaruniai syahwat tanpa memiliki akal. Ketiga, Allah menciptakan manusia yang dikaruniai akal dan rasa syahwat. Maka dari itu, tatkala orang yang berakal itu telah dikalahkan oleh syahwatnya maka hewan sungguh lebih baik darinya. Namun sebaliknya, bilamana akal orang yang berpikir itu telah mengalahkan syahwatnya maka sesungguhnya malaikat telah kalah baik dengannya.
Menurut sebagian ahli makrifat,jihad itu terbagi menjadi tiga. Pertama, jihadmemerangi orang-orang kafir dan itu merupakan peperangan fisik zahir, sebagaimana firman Allah ﷻ:
يُجَٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ
“Orang-orang yang berjihad di jalan Allah.”(QS. Al-Maidah [5]: 54)
Kedua,jihad memerangi kebatilan dengan ilmu dan hujah sebagaimana firman Allah ﷻ:
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ
“Dan debatlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl [16]: 125)
Ketiga, jihad memerangi hawa nafsu yang menjadi sumber-sumber kejelekan, sebagaimana firman Allah ﷻ :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami (dengan melawan nafsu godaan setan), benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (jalan yang lurus).” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 69)
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ, jihad yang paling utama adalah jihad memerangi hawa nafsu. Para shahabat ketika pulang sehabis dari jihad fisabilillah melawan orang-orang kafir, mereka mengatakan bahwa mereka baru saja pulang dari perang kecil menuju perang yang lebih besar, yaitu melawan hawa nafsu.
Kenapa harus dikatakan lebih besar? Alasannya adalah karena melawan hawa nafsu itu masanya lebih lama, artinya akan terus ada selama hidup sampai akhir hayat, sedangkan peperangan fisik melawan orang-orang kafir itu hanya terjadi dalam beberapa waktu yang tertentu. Di samping itu, musuh dapat dilihat mata, sedangkan setan merupakan makhluk halus yang tidak dapat dilihat. Maka, memerangi musuh yang dapat dilihat tentu lebih gampang dibandingkan memerangi musuh yang tak kasat mata, yaitu setan.
Alasan lainnya, setan itu memfasilitasi hawa nafsu seseorang, sedangkan orang kafir justru menghancurkan fasilitas kenikmatan dunia yang disukai oleh nafsu. Oleh karenanya, peperangan melawan setan sungguh lebih dahsyat tak ubahnya musuh di dalam selimut. Alasan lain yang juga bisa dikatakan, apabila kalian berhasil menang menumpas orang-orang kafir, niscaya kalian akan mendapatkan harta rampasan perang, dan apabila kalah terbunuh oleh orang kafir, niscaya akan jatuh sebagai Syahid fisabilillah dan surga adalah jaminannya. Akan tetapi, beda lagi kalau berperang dengan setan. Tidak ada orang yang mampu membunuh setan dan apabila setan berhasil membunuh Anda, mesti Anda akan terjerat dalam kegelapan hawa nafsu, dan jatuh ke kubangan neraka siksaan Allah ﷻ. Wal-‘iyadz billah.
Sayyidina Ali Radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا اَنَا وَنَفْسِيْ اِلَّا كَرَاعِيْ غَنَمٍ كُلَّمَا ضَمَّهَا مِنْ جَانِبٍ اِنْتَشَرَتْ مِنْ جَانِبٍ اَخَرَ
“Tidak lain antara aku dan nafsuku kecuali bagaikan orang yang menggembala kambing. Manakala orang tersebut menggiringnya dari suatu arah niscaya kambing tersebut menghambur ke arah yang lain.”
Walhasil, lapar merupakan kiat yang dianjurkan oleh nabi untuk mengatasi makhluk tak kasat mata yakni setan. Ketahuilah dan ingatlah kisah Nabi Yahya ‘alaihis-salam! Suatu ketika Iblis datang membawa wadah ke hadapan Nabi Yahya yang isinya syahwat-syahwat anak Adam yang telah diburu oleh Iblis tersebut. Lalu Nabi Yahya bertanya, “Apakah di wadah tersebut ada syahwat saya?” Lalu Iblis menjawab, “Tidak ada kecuali hanya satu malam yang pada waktu itu engkau merasa kenyang, lantas aku menggoda membuatmu berat dan malas untuk melakukan shalat.”
Ya Allah, lindungilah hamba-hambamu ini yang keseringan dalam keadaan perut kenyang. Wallahu A’lam
Oleh: Samsul Huda/Redaksi Istinbat
(Disadur dari kitab Mukasyafatul-Qulub lisy-Syekh al-Ghazali al-Muqarrib Ila ‘Allamil-Guyub fi ‘Ilmit-Tshawwuf, halaman 14-16)