PENYAIR JAHILIAH TERMUDA

Mulutmu adalah harimaumu, inilah kata yang pas untuk penyair yang satu ini. Dia tak kalah hebat dengan Imru’ul Qais yang merupakan salah satu penyair terkemuka pada masa Jahiliah.

  ‘Amr (Tharafah) lahir pada tahun 538 atau 540 Masehi.[1] Tepatnya di daerah Bahrain timur Jazirah Arab. Dia merupakan anak dari al-Abdu yang dalam keluarganya banyak lahir penyair dan bernasab pada Bakar bin Wail (kakek qabilah Bakar), sedangkan ibunya (Wardah) merupakan saudara kandung dari Mutalammis yang juga merupakan penyair terkenal.[2] Nah, dengan hidup di lingkungan yang seperti inilah Tharafah bisa memiliki jiwa penyair sejak dini dan menjadi penyair terbaik setelah Imru’ul Qais.[3]

Tharafah tidak merasakan bersyair saat ayahnya hidup layaknya Imru’ul Qais, sebab ayahnya tutup usia ketika dia masih kecil. Ironisnya, paman-pamannya enggan membagikan harta warisannya untuk Tharafah dan ibunya. Faktor inilah di antaranya yang membuat dirinya berpikir keras, cepat marah, mudah tersinggung. Hingga pada akhirnya dia mampu mengutarakan syair pertama dengan bahar kamil yang ditujukan pada paman-pamannya yang zalim:

ما تَنظُرونَ بِحَقّ وَردَةَ فيكُمُ * صَغُرَ البَنونَ، ورَهطُ وردةَ غُيّبُ

“Apa yang kalian pikirkan tentang hak Wardah yang ada pada kalian? Anak-anaknya masih kecil sedangkan kaumnya menghilang.”

قد يَبعَثُ الأمرَ العَظِيمَ صغيرُهُ * حتى تَظَلّ له الدّماءُ تَصَبَّبُ

“Kadang sesuatu yang kecil bisa menjadi faktor masalah besar, hingga memicu pertumpahan darah.” 

والظُّلْمُ فَرّقَ بينَ حَيَّيْ وَائِلٍ * بَكْرٌ تُساقيها المَنايا تَغْلِبُ

“Kezaliman dapat memecah dua kampung keturunan Wail, kelompok Bakar akan diseret menuju kematian oleh kelompok Taghlib.” Hingga ia berkata:

أدُّوا الحُقوقَ تَفِرْ لكُم أعراضُكم … إِنّ الكريم إذا يُحَرَّبُ يَغضَبُ

“Penuhilah hak-hak kalian! Niscaya harta kalian tetap utuh. Orang mulia ketika kekayaannya diambil dia akan marah.”[4]

Kegemarannya pada syair menjadikan hidupnya tidak teratur, pengangguran dan berjalan sekehendaknya tanpa ada tujuan yang jelas bersama teman temannya.

Setelah merasa muak dengan berada di kejauhan dari keluarga, ia kembali ke rumahnya. Lalu saudaranya, Ma’bad memberikan sebagaian hartanya yang kemudian digunakan untuk memuaskan dirinya sebagaimana biasa. Kemudian dia bersama pamannya, Mutalammis pergi menuju ‘Amr bin Mundzir, raja Hirah dengan tujuan memperbaiki keadaanya. Sesampainya disana dia mendapatkan penghormatan yang luar biasa berkat bait-bait syairnya, hingga dia ditempatkan bersama Qabus bin Mundzir yang merupakan calon pengganti raja. Qabus memiliki kesukaan yang sama dengan Tharafah. Hari hari mereka lewati dengan bermain-main, minum minuman keras, menghambur-hamburkan harta dan berburu. Disanalah Tharafah menemukan ketenangan.

Di samping itu, dalam kerajaan Tharafah memiliki adik kandung bernama Khirniq, istri sepupunya, Abdu ‘Amr yang pemberani, kharismatik, tampan, dan memiliki posisi yang tinggi di sisi raja ‘Amr bin Hind.

Suatu ketika adiknya mengadu pada Tharafah tentang suaminya, lalu dia marah dan mengejeknya dengan syair:

يَا عَجَباً مِنْ عَبْدِ عمرٍو وَبَغْيِهِ * لَقَدْ رَامَ ظُلْمِيْ عَبدُ عَمْرٍو فَأَنْعَمَا

Sungguh mengherankan Abdu ‘Amr dan perbuatan kejinya, dia telah melakukan kezaliman dan penganiayaan.

وَلَا خَيْرَ فِيْهِ غَيْرَ أَنَّ لَهُ غِنًى  * وَأَنَّ لَهُ كَشْحاً، إِذَا قَامَ، أَهْضَمَا

Dia sama sekali tidak memiliki kebaikan selain ia memiliki kekayaan, dan saat berdiri pinggangnya ramping seperti perempuan.”

يَظُلُّ نِسَاءُ الْحَيَّ يَعْكُفْنَ حَوْلَهُ * يَقُلْنَ: عَسِيْبٌ مِنْ سَرَارَة ِ مَلْهَمَا

Banyak perempuan berdiam mengitarinya, seraya mengatakan ‘(dia seperti) pelepah pohon kurma yang ada di tengah tengah Malham (tempat yang banyak pohon kurmanya)[5].

Bait-bait syair ini kemudian sampai pada ‘Amr bin Hind. Saat raja ‘Amr bin Hind keluar berburu bersama Abdu ‘Amr dan memasak hewan buruannya, tiba-tiba sang Raja tertawa dan berkata “Tharafah pernah melihat tubuhmu dan di ungkapkan dalam syairnya  ولا خَيرَ فيه. Mendengar perkataan itu, spontan Abdu ‘Amr juga menyampaikan ucapan Tharafah tentang Raja:

 فلَيْتَ لَنَا، مَكَانَ المَلْكِ عَمْرٍو * رُغُوْثاً حَوْلَ قُبَّتِنَا تَخُورُ

لَعُمْرِكَ إنَّ قَابُوسَ بنَ هِندٍ * لَيَخْلِطُ مُلْكَهُ نُوكٌ كثيرُ

Andaikan di tempat raja ‘Amr, saya memiliki unta menyusui yang menguak di kubahku

Sudah barang pasti Qabus bin Hind kerajaannya penuh kedunguan.

Apakah bait ini dimaksudkan untuk melaknat? Sambung ‘Amr bin Hind. Ucapannya tentangmu jauh lebih parah dari pada ucapannya tentangku. (sambil melantunkan bait baitnya dengan sempurna) atau dia sudah menyamakan aku denganmu dalam berkata?

Inilah penyebab dibunuhnya Tharafah pada usia yang ke-26 (tahun 564 M).


[1] Al-A’lam as-Syantamri, Asy’arusy-Syu’ara’ as-Sittah al-Jahilin, 129, PDF.

[2] Az-Zauzani, al-Mu’allaqat al-‘Asyr, 81, PDF.

[3] Abd Qadir bin Umar al-Baghdadi, Khizanatul-Adab, II /370, Darul Kutub al-Ilmiah.

[4] Tharafah bin al-Abd al-Bakri al-Waili, Diwan Tharafah bin al Abd, 12, Darul kutub al-Ilmiah.

[5] Tharafah bin al-Abd al-Bakri al-Waili, Diwan Tharafah bin al-Abd, 70, Darul kutub al-Ilmiah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *