Kupas Tuntas Perbedaan dalam Bahasa Arab

Perbedaan adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan, seakan dunia ini diciptakan untuk menampung perbedaan itu. Allah berfirman:

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ

 “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.

Ayat itu cukup menjadi dalil bahwa perbedaan akan tetap ada seiring dengan berjalannya kehidupan.

Perbedaan dalam kehidupan manusia mencakup pada semua aspek termasuk bahasa. Manusia terlahir dari satu orang yakni Nabi Adam lalu terpecah dengan bahasa yang berbeda-beda. Dalam al-Quran, Allah menjadikan hal tersebut termasuk bagian dari tanda kekuasaan-Nya, seperti ayat:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ

 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.

Tidak jarang dalam satu bahasa itu juga terdapat perbedaan, seperti bahasa Arab. Perbedaan dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga. Pertama, perbedaan logat dan ucapan. Perbedaan ini meliputi pergantian harakat bina’, i’rab, dan segala sesuatu yang didasarkan pada bentuk kalimat dan cara pengucapannya. Para ulama meriwayatkan bahwa perbedaan ini terjadi pada saat seorang lelaki bertanya kepada Umar bin Khaththab:  مَا تَرَى بِرَجُلٍ ظَحَّى بِظَبْيٍ . Sontak Umar dan orang di sekitarnya merasa aneh, dan Umar berkata: “Kenapa kamu tidak mengatakan ضَحَّى بِظَبْيٍ saja”. Lelaki menjawab “Wahai Amirul Mukminin itu adalah bahasa.

                Kedua, perbedaan makna satu lafaz sesuai dengan bahasa masing-masing. Macam kedua ini meliputi lafaz mutaradif, lawanan kata dan lainnya. Perbedaan ini pernah terjadi kepada Abu Hurairah tatkala datang dari Daus, suatu klan dari kabilah Azd pada tahun peperangan khaibar (7 H). Beliau datang menemui Nabi dan di tangannya terdapat pisau. Lalu Nabi berkata: نَاوِلْنِي السِّكِّيْنَ ! Abu Hurairah yang tidak mengerti maksud Nabi bingung dan menoleh ke arah kanan dan kiri, hingga nabi mengulangi kata itu tiga kali dan Abu Hurairah saja masih bingung. Kemudian Abu Hurairah berkata: آلمُدْيَةَ تُرِيْدُ؟ sambil berisyarat ke arah pisau dan dijawab iya. Abu Hurairah berkata: “Apakah di kalangan kalian ini disebut سِكِّيْن ?”

Ketiga, perbedaan individual orang Arab dengan mayoritas, seperti yang terjadi kepada Abi Hatim saat bertanya kepada Ummul Haytsam tentang satu macam biji-bijian yang bernama اِسْفِيُوْش. Ummul Haytsam menjawab, “Ini adalah البُحْدُق .” Bahasa ini tidak pernah didengar dari selain Ummul Hisam. Hal semacam ini bisa saja terjadi karena bahasa tersebut adalah bahasa Arab zaman kuno yang sulit dideteksi.

Perbedaan bahasa Arab terjadi karena beberapa faktor. Salah satunya adalah bahwa bangsa Arab itu masyarakat Ummi yang tidak bisa menulis. Bahasa Arab mengalir di lisan-lisan mereka, berubah dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Di sisi lain, bangsa Arab adalah bangsa besar yang meliputi kabilah-kabilah. Setiap kabilah memiliki klan hingga beberapa perincian ke bawahnya. Tak jarang kita temukan satu klan berbeda bahasa dengan klan lainnya. Bahkan dalam satu klan kadang ada perbedaan bahasa.

Syekh Mustafa Shadiq Ar-Rafi’i dalam kitabnya, Tarikhul Adabil-Arab, membagi perbedaan bahasa arab menjadi 5 macam. Pertama, bahasa yang memiliki nama dan dinisbatkan pada golongan tertentu, seperti fahfahah ( الفَحْفَحَة ) dalam bahasa Bani Hudzail, yaitu membaca ha dengan ain. Lafaz حَلَّتْ الحَيَاةُ لِكُلِّ حَيٍّ dibaca عَلَّتْ العَيَاةُ لِكَلِّ عَيٍّ. Juga ayat حَتَّى حِيْنٍ dibaca عَتَّى عِيْنٍ oleh Ibnu Mas’ud sesuai dengan bahasa mereka. Juga thumthumaniyah (الطُمْطُمَانِيَّة) dalam bahasa Suku Himyar, yaitu mengganti lam makrifat dengan mim, sebagaimana sabda Nabi ketika berbicara dengan sebagian Suku Himyar: لَيْسَ مِنِ امْبَرِّ امْصِيَامُ فِي امْسَفَر. Maksudnya, لَيْسَ مِنَ البَرِّ الصِيَامُ فِي السَفَر .

Kedua, bahasa yang tidak memiliki nama tetapi dinisbatkan pada golongan tertentu. Macam ini terdapat dua pembagian, perubahan huruf dan perubahan kalimat sesuai dengan lahjah masing-masing. Perubahan kalimat akan dibahas di macam ketiga. Perubahan huruf seperti mengganti ta’ jamak muannats salim dengan ha’ saat waqaf dalam Bahasa Bani thayyi’. Seorang dari mereka berkata: دَفْنُ البَنَاه مِنَ المكرماه. Maksudnya, دفن البنات من المكرمات. Juga seperti Bani Rabiah yang membaca sukun Isim bertanwin saat waqaf dalam semua i’rab, رَأَيْتُ خَالِدْ وَمَرَرْتُ بِخَالِدْ . Dalam Bahasa Bani Azd, tanwin itu diganti dengan harakat sejenis, contoh جَاءَ خَالِدُو وَمَرَرْتُ بِخَالِدِي, sedangkan Bani Sa’ad membaca huruf akhir isim yang bertanwin dengan tasydid kecuali huruf akhirnya berupa Hamzah atau sebelumnya berupa huruf mati, contoh هَذَا خَالِدّ .

Ketiga, macam ini adalah bagian dari macam kedua, tetapi macam ketiga ini berbeda karena perubahan kalimat sesuai dengan lahjah masing-masing. Misalnya, ha’ dhomir yang terletak setelah ya’ mati dibaca dhamah oleh penduduk Hijaz. Adapun selain penduduk Hijaz membacanya kasrah. Imam Hafsh dan Imam Hamzah membaca dhamah dhamir ghaib dalam ayat وَمَا أَنسَانِيهُ إِلَّا الشَّيْطَانُ dan عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ  mengikuti bahasa penduduk Hijaz. Selain Imam Hafsh dan Imam Hamzah membacanya kasrah.

Keempat, bahasa yang tidak bernama dan tidak dinisbatkan pada golongan tertentu. Macam ini adalah yang paling banyak. Lafadz لَعَلَّنِي terdapat banyak bahasa, yaitu لَعَلِّي ، لَعَلَّنِي ، عَلِّي ، عَلَّنِي ، لَعَنِّي ، لَغَنِّي ، لَأَلَّنِي. Dalam kitab al-Mukhashshash, diterangkan bahwa orang Arab berbeda-beda mengucapkan lafaz عِنْدَ, yaitu عِنْدِيْ ، عُنْدِيْ ، عَنْدِيْ. Termasuk bagian ini juga, pengucapan kaf yang diganti jim. Maka, lafaz الكَعْبَة dibaca الجَعْبَة .

Kelima, bahasa individu yang dilakukan itu adalah bahasa perorangan atau suatu kabilah seperti kisah Sayyidina Umar di pembahasan awal. Macam kelima ini juga meliputi lahn orang yang berbicara. Al-Anbari dalam Syarhul-Maqâmât menyebut macam-macam lahn omongan orang Arab. Lahn sin diganti tsa’, qof diganti tha’ atau kaf, lam diganti ya’ atau kaf, kaf diganti hamzah, dan masih banyak lagi.

Oleh: Ahmad Muhajir /Redaksi Istinbat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *