#2025MengenalCinta!
Diskursus seputar cinta tak akan ada kata selesai, dari zaman purba dulu hingga lahirnya gen Z sekarang masih bisa dikatakan tetap eksis untuk direpetisi ulang. Saking luasnya Samudra makna cinta, bagi seorang pengarung sekaliber profesional pun masih plin-plan untuk menegaskan konklusinya. Memang benar, kata sang pujangga klasik kuno: “Sekalipun cinta telah ku jabarkan dan ku paparkan panjang lebar, namun jika cinta ku hampiri, aku jadi tersipu malu pada keteranganku sendiri.’’ Mendengar kisah-kisah cinta, seumpama hikayat cinta Layla-Majnun. Membikin para pendengar menjadi ‘ngeh’ bahwa cinta tak selamanya soal Bahagia, jamak pula kisah cinta yang berujung gelo. Tipikal orang yang tergila-gila cinta bila ditanya mengapa bisa Ia mencintai sosok idamannya, padahal jelek rupa, rendah finansial, foolish. Jawabannya di luar dugaan, gak-papa (tidak memiliki alasan).
Lantas, kita bertanya-tanya bagaimana dengan alasan yang diungkapkan oleh seseorang yang menjadi sebab Ia mencintai pasangannya. Wajarlah, setiap orang mempunyai pendapat yang tak seragam, bahkan beragam dalam menyayangi pasangannya. Tapi, ada hal yang perlu diketahui dalam memainkan cinta, jika kalian benar-benar menemukan alasan tersebut, kamu simpan dan ungkapkan bila mana pasanganmu menanyakan perihal ‘mengapa’ dalam mencintainya. Sedangkan kamu atau siapapun yang tidak memiliki alasan, dipastikan anda tergolong pria sejati dan setia.
Baca Juga: Apapun Masalahnya, Komunikasi Solusinya
Cinta merupakan hal lazim yang dimiliki oleh makhluk ciptaan Tuhan, termasuk manusia. Spesies ini diciptakan berpasangan-lelaki Perempuan-agar antara satu sama lain saling mengenal, menyayangi dan bila perlu mereka mengikat hubungannya dengan cara yang halal nan terlegitimasi oleh agama. Sekilas, jika melihat postur tubuhnya yang kecil dan kerdil, menandakan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah baik jasmani maupun Rohani. Maka siapa lagi sandaran tepat bagi lelaki dalam melepas letihnya dan yang bisa menerima apa adanya; bukan hanya di kala suka tetapi juga di kala duka, selain Perempuan penyandang predikat “shalihah’’. Sayangnya, tak semua wanita mampu menerima laki-lakinya dengan segala keterbatasan, yang ada kebanyakan diantara mereka lebih memandang material lalu beranggapan bahwa keharmonisan rumah tangga hanya bisa dicapai bila suami sejahtera (kaya).
Itulah Perempuan, kendatipun mereka menjadi orang terkaya sekalipun, tak menutup kemungkinan suami akan mendapat respon negative dari si istri, seperti ‘’Aku belum melihat kebaikan bermuara darimu!!’’. Maka tak heran bila penduduk neraka didominasi oleh mereka(wanita) seperti yang diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Oleh sebab itu, Nabi ﷺ pernah berpesan ketika kita hendak menikah, layaknya untuk memprioritaskan wanita yang taat beragama (religius), meskipun buruk paras rupawannya, pra-sejahtera atau miskin, apalagi tergolong kaum rendahan bukan keturunan Ulama, penjabat, bangsawan maupun pengusaha:
‘”لَا تُزَوِّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ، فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ، وَلَا تُزَوِّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ، فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ، وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ، وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ”
‘’Janganlah kalian menikahi perempuan karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena harta-harta mereka, bisa jadi harta itu membuat mereka sesat. Akan tetapi nikahilah Perempuan berdasarkan agamanya. Seorang budak perempuan berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama itu lebih utama.” (HR Ibnu Majah no. 1858).
Sebuah hadis di atas meskipun kualitasnya dhaif (lemah), tetap bisa dijadikan i’tibar selama tidak menyinggung perkara akidah maupun hukum (halal atau haram).
Lalu apa definsi tepat cinta sejati sebenarnya? Seperti yang dikatakan sebagian orang dan hati penulis, adalah cinta yang tak membutuhkan alasan-ia hadir begitu saja, tumbuh tanpa syarat, dan tetap bertahan meski diuji waktu. Lalu Langkah selanjutnya mengikuti panduan yang diarahkan oleh nabi ﷺ dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang akan membantu kita membangun pernikahan kokoh, terutama dalam faktor agama, biar cinta itu tak bersemi hanya spontan, hingga kemudian liar tak terkontrol. Pada akhirnya, Keputusan ada di tangan masing-masing individu, apakah kita ingin membangun pernikahan berdasarkan nilai yang bertahan atau sekadar mengejar kenyamanan sesaat?
Untukmengakhiri tulisan singkat ini, kolumnis (penulis opini) ini akan mencamtumkan postingan yang Ia temukan di platform Instagram bahwa Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz berkata:
’’Cinta paling jujur adalah Ketika engkau mencintai seseorang dan engkau tidak tahu kenapa engkau mencintainya.’’
Mikyal Milad/IstinbaT
Baca Juga: Hidangan Cinta Maulid Nabi