SISI LAIN DARI TOLERANSI

لا تبدأوا اليهود والنصارى بالسلام ، فإذا لقيتم أحدهم في طريق فاضطروه إلى أضيقه (رواه مسلم)

Janganlah kalian memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani !, maka jika kalian berpapasan dengan salah satu dari mereka di jalan, maka himpitlah ke tempat yang lebih sempit”. (HR. Muslim)1

Belakangan ini kita dihebohkan dengan slogan toleransi dan intoleransi. Sebenarnya apa devinisi toleransi itu sendiri?. Banyak dari berbagai kalangan mengartikan toleransi dengan berbuat baik kepada semua makhluk termasuk non-Muslim. Ada juga yang mengartikan toleransi dengan sebatas berbuat baik pada sesama Muslim atau kepada orang kafir yang akad aman. Lantas bagaimanakah sebenarnya toleransi ini dalam pandangan syariat Islam?

Berbagai macam pendapat ulama mengenai toleransi, dalam Islam sendiri tak ada aturan-aturan mengenai toleransi yang digadang-gadang oleh orang Barat ini, istilah toleransi ini viral tersebab propaganda Barat yang mengusung misi saling menghormati semua makhluk tak terkecuali non-Muslim. Sedangkan Islam sendiri hanya mengenal penghormatan kepada sesama Muslim dan orang kafir yang akad aman, tidak lebih. Allah I berfirman:

  لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِين )

“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Dari penjelasan ayat di atas, dimungkinkan bagi seorang Muslim berinteraksi dengan yang berbeda keyakinan. Menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, sehingga kesan buruk yang difahami banyak orang bahwa non Muslim itu selalu unggul dalam pekerjaan menjadi pupus, juga agar umat Islam tidak identik dengan pekerjaan yang setengah-setengah dan meremehkannya.

Tahrijul-Hadis

Bercerita kepada kita Qutaibah bin Sa’id bercerita kepada kita Abdul Aziz yakni ad-Darawardi dari Suhail dari Ayahnya dari  Abu Hurairah2.

Imam Tirmizi mengungkapkan dalam Bab ( ما جأ في كراهة التسليم على الذ مي ) bahwa hadis di atas adalah hadis hasan sahih, juga Imam Ahmad mengatakan bahwa hadis di atas adalah hadis hasan.

Hadis di muka juga diriwayatkan dari tiga jalur yang ke semua jalurnya dari Suhail. Jalur pertama adalah bercerita kepada kita Muhammad bin Mutsanna bercerita kepada kami Muhammad bin Jakfar bercerita kepada kita Syu’bah dari Suhail yang menggunkan referensi (في اهل الكتاب ). Kedua dari jalur Abu Bakar bin Abi Saibah dan Abu Quraib berkata, bercerita kepada kita Waqi’ dari Sufyan dengan menggunkan referensi  ( اذا لقيتموهم ). Ketiga dari jalur Zuhair bin Harb bercerita kepada kita Jarir yang menggunakan referensi (ولم يسم احدا من المشركين)

Kandungan Hadis

Yang terkandung dalam lafal فإذا لقيتم أحدهم في طريق فاضطروه إلى أضيقه )) ialah janganlah tempatkan kafir zimmi di tengah jalan hingga mereka yang menguasai jalan tersebut, bahkan siapkanlah bagi orang kafir zimmi tersebut sepetak tepi jalan agar memudahkan orang Islam melewati jalan tersebut. Apabila jalan tersebut sepi maka tidak masalah membiarkan orang kafir zimmi berada di tengah jalan. Ulama juga mengatakan bahwa menempatkan orang kafir zimmi ini bukan berarti kita menjatuhkannya ke tepi jalan atau menghantamkannya ke tembok dan lain-lain.

Dalam hadis ini lebih menekankan bahwa berilah ruang yang luas bagi orang Islam untuk berjalan atau sebagainya, agar kesan yang ditimbulkan, Islam selalu unggul dari agama yang lain. Hal ini juga senada dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.

“Jika ahli kitab memberikan salam kepada kalian, maka katakanlah: “Wa ‘alaikum” (Semoga kalian celaka)”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan

Dengan ini dapat dipahami bahwa toleransi yang digadang-gadang oleh pemikiran Barat sangat bertolak belakang dengan toleransi yang diajarkan oleh pendahulu kita, juga pemikiran yang sempit dari kalangan para Muslim yang hanya membatasi toleransi dengan berbuat baik pada non-Muslim. Mereka hanya menggali ilmu bukan dari sumber kitab-kitab, sehingga  membuat makna toleransi menjadi lebih sempit dan mengalir dengan akal mereka.

Adapun toleransi yang bisa membuka jalan kerukunan bagi umat, contohnya ialah mengunjungi mereka yang sakit, menjalin hubungan dalam muamalah dengan jujur. Kerena jalinan hubungan semacam ini mempunyai dampak yang akan membekas dalam hati, dengan perangai seperti itu akan tercipta sisi kemanusiaan yang positif pada agama kita dan akan bermanfaat untuk mengajaknya ke dalam Islam. Bukan malah menjalin hubungan dalam ranah keagamaan; masuk dan membawa tumpeng ke dalam gereja, dan rida atas kekufuran mereka dan lain-lain.

Cara terbaik dalam interaksi antara umat Islam kepada seorang kafir zimmi ialah dengan menunaikan hak-haknya sebagai kafir yang berada di dalam perlindungan hukum Islam, berdasarkan banyak ayat dan  hadis yang menyuruh untuk menepati janji, memperlakukannya dengan baik dan seimbang, sebagaimana firman Allah surah al-Mumtahanah di atas.

Oleh: Redaksi Istinbat


Referensi:

  1. Al-Imam Abi Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusairi an-Naisaburi, Shahih Muslim. II/345, Darul Fikr.
  2. Al-Imam Zakariya Yahya bin Shar an-Nawawi, Minhajus-Syarhi Shahih Muslim. VII/131, Darul Al-Ghad Al-Ghaded
  3.  Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Al-Qaulul-Musaddad fi Shabbi an Musnadul-Imam Ahmad bin Hambal. III/90, Darul Fikr.
  4. Al-Imam Hafid Abi Isa Muhammad bin Isa bin Saurah at-Tirmizi, Al-Jami’ Shahih Sunanut-Tirmizi. IV/162, Darul Fikr.

5 komentar pada “SISI LAIN DARI TOLERANSI

  • 25 Juli 2022 pada 12:04 am
    Permalink

    terkadang si kafirnya yang tidak mau memahami dan egois…

    Balas
  • 26 Juli 2022 pada 1:27 am
    Permalink

    memang banyak yang tak ngerti mengenai arti toleransi yang sesungguhnya

    Balas
  • 29 Juli 2022 pada 1:00 am
    Permalink

    sulit dipraktekkan, akan saling memahami antar agama, apalagi pas jatuh hati kepadanya, wa naudzubillah

    Balas
  • 1 Agustus 2022 pada 12:32 am
    Permalink

    menjaga keberagaman dalam keagamaan di negeri nusantara yang penuh dengan warna-warni agama dan budaya

    Balas
  • 7 Agustus 2022 pada 11:55 am
    Permalink

    Kalau tolerannya berlebihan bahkan saling mencintai antar agama

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *