ABU NUWAS SANG PENYAIR KHAMR

Abu Nuwas alias al-Hasan bin Hanik, adalah orang yang berkebangsaan Persia. Dia seorang pemabuk berat. Menurut klarifikasi para penyair besar masa Abbasiyah, dia tergolong dalam sya’irul-khamriyat (penyair khamr). Penyair khamr ialah penyair yang suka mabuk terlebih dulu untuk mengarang dan mendendangkan syairnya. Syair-syair khamriyyat-nya sering ia lancarkan dalam bentuk ghazal (bernuansa roman) untuk merayu para wanita dan anak laki-laki yang manis (amrad).

Kehebatannya dalam mengarang syair membawanya ke istana keluarga Barmakiyah (elite politik yang kaya dan kuat memengaruhi rezim Harun ar-Rasyid kala itu). Waktu itu, penyair tak ubahnya seperti orkes dangdut, sering diadakan oleh penguasa dan tentu diberi hadiah. Sehingga Abu Nawas tenar dan bergelimang harta pada masa itu.

Abu Nuwas pernah dituduh “zindiq” oleh kalangan ulama kala itu, disebabkan perilaku maksiatnya. Bahkan sebagian syairnya, berisi olokan-olokan pada agama serta menjadikan Tuhan sebagai bahan guyonan. meskipun pendapat ini tidak disetujui oleh sebagian ulama. Di antara yang tidak menyetujui sebutan zindiq ini untuk Abu Nuwas adalah Imam al-Hafiz Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan-Nihayah. Abu Nuwas mengklaim dirinya saat mabuk sedang dalam keadaan gila dan  tak sadarkan diri. Inilah yang membuat Imam Syafi’i berkata “kalau bukan karena mujun-nya Abu Nuwas, aku akan belajar syair kepadanya.” Abu Amr asy-Syaibani berkata “Seandainya Abu Nuwas tidak mengotori syairnya dengan kotoran-kotoran ini, niscaya syairnya akan kami jadikan hujjah dalam buku-buku kami.”

Akan tetapi menjelang akhir hayatnya, Abu Nuwas sering merenungkan kefanaan hidupnya dan akhirnya ia bertaubat. Syair-syairnya berubah menjadi ratapan-ratapan dosa. Konon, di antara syair yang bernisbat padanya ialah syair al-i’tiraf (pengakuan) dan ini merupakahn salah satu dari syair Abu Nuwas yang populer di Indonesia. Di antara bait awal syair al-i’tiraf tersebut mungkin sudah sangat familiar di telinga kita, “illahi lastu lil-firdausi ahla wala aqwa ‘alan-naril-jahimi” sebagaimana yang sering kita dengar di sebagian daerah dan selalu dibaca setelah wirid shalat jumat.

Disarikan dari kitab Tarikh al-Adab al-‘Arabiyah Juz 3 dan Al-Bidayah wan-Nihayah hal 73

Oleh: Khoiron Rofik | IstinbaT

One thought on “ABU NUWAS SANG PENYAIR KHAMR

  • 5 Oktober 2022 pada 10:04 am
    Permalink

    Penggemar cerita abu nawas yang penuh lelucon

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *