HIDUP ABADI NABI KHIDIR

Sayidina Ali meriwayatkan kisah Dzulkarnain yang memiliki sababat seorang Malaikat bernama Rafael. Dalam riwayat lain, Malaikat Rafael adalah utusan Allah yang diutus untuk menemani Dzurkarnain berkelana. Suatu ketika, Dzulkarnain bertanya kepada Malaikat Rafael, “Wahai Rafael, ceritakan padaku bagaimana keadaan ibadah kalian?” Rafael menjawab, “Ibadah kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan ibadah kami. Di langit, ada malaikat yang beribadah kepada Allah dalam keadaan berdiri dan tidak akan duduk selamanya. Ada pula yang bersujud dan rukuk kepada Allah dan tidak akan pernah mengangkat kepalanya hingga kiamat”

Dzulkarnain pun menangis tersedu-sedu membayangkan ibadah Malaikat, lalu beliau berkata “Sungguh Aku sangat ingin hidup lama hingga bisa beribadah kepada Allah dengan sempurna” Beliau memang terkenal sebagai figur seorang raja yang ahli ibadah.

Mendengar ungkapan itu, Rafael bertanya, “Apakah kau ingin hidup lama?” Dzulkarnain menjawab “Iya!” Rafael pun mengabarkan bahwa di bumi ada sumber mata air yang bernama ainul hayah, barang siapa meminumnya niscaya dia akan hidup abadi. Mendengar hal itu, Dzulkarnain berbinar-binar, “Dimana sumber itu berada?” “ Kalau masalah itu, aku tidak tahu. Tapi, aku pernah mendengar bahwa di bumi ada sebuah daerah yang tidak pernah diinjak  manusia maupun jin. Firasatku, di sanalah sumber itu berada”.

Setelah menangkap kabar itu, Dzulkarnain pun bergegas mengumpulkan para ulama. “Wahai para ulama, siapa di antara kalian yang mengetahui perihal ainul hayah?”. tanya Dzulkarnain di khalayak ulama. “Kami tidak tahu tentang hal itu”, ungkap para ulama. Selang beberapa waktu, salah satu di antara mereka (Nabi Khidir dalam sebuah riwayat) berkata, “Saya pernah menemukan wasiat dari Nabi Adam bahwa ainul hayah berada di tempat yang gelap gulita”. “Di mana tempat itu berada?” kejar Dzulkarnain. “Di arah matahari”

Tidak menunggu lama, Dzulkarnain mengerahkan bala tentaranya untuk menelusuri arah matahari. Nabi Khidir termasuk salah satu tentara tersebut. Setelah dua belas tahun melancarkan ekspedisi, pasukan Dzulqarnain menemukan tempat yang gelap gulita. Kegelapan itu disebabkan asap yang mengepul, berbeda dengan kegelapan malam. Tanpa pikir panjang, Dzulkarnain mulai membelah asap ditemani Nabi Khidir.

 Tidak lama kemudian, Nabi Khidir menemukan sebuah jurang. Dia pun menyusuri jurang itu. Ternyata, di sisi jurang itu ada sebuah kolam air yang berwarna putih melebihi putihnya susu. Tidak menunggu lama, Nabi Khidir meminur air itu lalu mandi dan berwudu. Dalam riwayat lain,  ketika Nabi Khidir sampai di jurang tersebut, beliau mendapat wahyu dari Allah, “Sesungguhnya, Ainul Hayah berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat itu Aku khususkan untuk kamu.” Kemudian, Nabi Khidir kembali ke barisan pasukan Dzulkarnain setelah meminum air dari ainul hayah tersebut. Oleh karena itu, beliau ditakdirkan Allah hidup hingga detik ini.

oleh : Hayatul Makki

Disadur dari kitab: Al Qoulud Dal ala Hayatil Khidir wa Wujudil Abdal dan Qasasul Anbiya’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *