TIPS AGAR DIKARUNIAI KELUARGA YANG TENTERAM

Istri adalah seorang wanita yang menjadi pendamping bagi suami yang sebelumnya telah disahkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Seorang istri erat dengan kewajibannya sebagai seseorang yang mengabdi, yakni yang melayani suami dalam segala keperluannya, menyediakan makanan untuk suami, serta menuruti perintah suami selama suami memerintah suatu urusan yang sesuai dengan syariat Islam. Istri selalu berada pada peringkat kedua atau di bawah suami karena memang sudah menjadi kodratnya.

Dalam perjalanan rumah tangga terkadang ada suatu hal yang menguji keimanan dan kesabaran istri, misalnya tentang karakter atau perangai suami yang terkadang membuat dirinya merasa sakit hati atau merasa tidak mendapat hak sepenuhnya sebagai seseorang yang dihidupi dan dilindungi. Lantas apakah yang harus dilakukan istri dalam kondisi demikian?

Tentu saja istri harus bersabar dan menerima suaminya apa adanya sebab itulah yang menjadi niat awalnya ketika menikah yakni menjadi seseorang yang taat sehingga dapat menjadikan pernikahannya sebagai jalan menuju surga.

Di antara keutamaan-keutamaan istri yang sabar adalah mendapatkan pahala kesabaran seperti pahala Siti Asiyah, istri Fir’aun yang zalim. Begitu hebat Siti Asiyah menghadapi siksaan dan kezaliman suaminya yang mengaku dirinya sebagai Tuhan. Siti Asiyah menghadapi siksaan ini dengan penuh kesabaran disertai senyuman dalam setiap rasa sakit yang ia terima sampai maut menjemputnya, sehingga namanya tercatat sebagai wanita mulia yang dijamin masuk surga atas kesabarannya menghadapi akhlak buruk suaminya. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَن صَبَرَتْ عَلَى سُوْءِ خُلُقِ زَوْجِهَا؛ أَعْطَاهَا مِثْلَ ثَوَابِ آسِيَةَ بِنْتِ مُزَاحِمٍ

“Jika seorang istri sabar menghadapi keburukan akhlak suaminya, maka Allah akan memberikan pahala seperti yang diberikan kepada Asiyah istri Fir’aun.”[1]

Sifat sabar bagi seorang istri merupakan bentuk sikap tanggung jawab terhadap perannya dalam rumah tangga. Karena dengan kesabarannya, dia melaksanakan segala kewajiban dalam rumah tangga dengan baik. Istri yang sabar merupakan idaman para suami, karena sabar adalah salah satu sifat wanita penyayang yang tentu akan membuat suami bahagia bahkan menjauhkan kita dari laknat Allah. Sabar bagi seorang istri juga merupakan amalan utama dan akan mendapat keridaan Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ bersabda :

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى

“Maukah aku beri tahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu kembali kepada suaminya yang jika suaminya marah, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, “Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.”

Sayyid Muhammad Bin Alawi al-‘Idrus memiliki 15 tips dan nasihat untuk para istri agar dikaruniai rumah tangga yang tenteram dan penuh kasih sayang[2] :

١- اْلاِهْتِمَامُ بِتَرْبِيَةِ اْلأَوْلَادِ تَرْبِيَّةً إِسْلَامِيَّةً صَحِيْحَةً

“Memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap pendidikan agama anak-anaknya.”

٢- اْلاِهْتِمَامُ بِشُؤُوْنِ الزَّوْجِ وَخِدْمَتِهِ بِإِخْلَاصٍ

” Memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap urusan suami dan berbakti dengan penuh ikhlas.”

٣- اْلاِهْتِمَامِ بِشُؤُوْنِ الْمَنْزِلِ وَتَنْظِيْمِهِ

” Memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap urusan rumah serta senantiasa merawatnya.”

٤- إِجَادَةُ الطَّبْخِ وَتَنْوِيْعِهِ

“Terampil dan menguasai urusan dapur.”

٥- اْلاِقْتِصَادُ فِيْ تَكَالِيْفِ الزَّوْجِ

“Hemat dalam urusan biaya (ekonomi) suami.”

٦- التَّدْبِيْرُ وَعَدَمُ التَّبْذِيْرِ

“Terampil dalam mengelola dan tidak boros.”

٧- اِجْتِنَابُ اْلأَسْوَاقِ وَالدَّكَاكِيْنِ

“Menghindari (berlama-lama) di pasar-pasar dan toko-toko (jika tidak berfaedah).”

٨- عَدَمُ إِضَاعَةِ الْوَقْتِ فِي اْلقِيْلِ وَاْلقَالِ وَاْلكَلَامِ اْلفَارِغِ الَّذِيْ لَا فَائِدَةَ مِنْهُ

“Tidak menyia-nyiakan waktu dengan obrolan atau pembicaraan yang tidak berfaedah.”

٩- اِجْتِنَابُ الْغِيْبَةِ الَّتِيْ تَقَعُ فِيْهَا أَكْثَرُ النِّسَاءِ فِي الْوَقْتِ اْلحَاضِرِ وَإِثْمُهَا عَظِيْمٌ

“Menjauhi gosip yang biasa dilakukan kebanyakan wanita saat masuk waktu shalat. Dosa gosip itu amat besar.”

١٠- عَدَمُ التَّفَاخُرِ

“Tidak bersikap berbangga diri (sombong).”

١١- مُلَازَمَةُ بَيْتِهَا وَعَدَمُ الْخُرُوْجِ مِنْهُ إِلَّا لِلضَّرُوْرَةِ

“Senantiasa berdiam diri di rumah dan tidak keluar kecuali karena darurat.”

١٢- الْمُحَافَظَةُ عَلَى الْأَوْرَادِ الْيَوْمِيَّةِ فِي الصَّبَاحِ وَقِرَاءَةِ الرَّاتِبِ فِي الْمَسَاءِ حِفْظًا لَهَا وَلِبَيْتِهَا وَتُكَثِّرُ ذِكْرَ اللهِ وَلَوْ مَعَ الطَّبْخِ وَنَحْوِهِ اِغْتِنَامًا لِلْوَقْتِ

“Senantiasa menjaga bacaan wirid-wirid harian di waktu pagi dan bacaan ratib setiap sore hari, dan memperbanyak zikir kepada Allah ﷻ meskipun dalam keadaan sedang memasak.”

١٣- سَتْرُ الْكَفَّيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ عِنْدَ اْلخُرُوْجِ مِنَ الْبَيْتِ

“Menutup Kedua telapak tangan dan kedua kaki saat hendak keluar rumah”

١٤- تَعَلُّمٌ وَتَطْبِيْقُ أَحْكَامِ دِيْنِهَا مِنْ وُضُوْءٍ وَطَهَارَةٍ وَصَلَاةٍ وَنَحْوِهَا

“Belajar dan mengamalkan syariat-syariat Agama seperti wudhu, bersesuci, shalat dan lain sebagainya.”

١٥- الْاِقْتِصَادُ فِي الْمُكَالَمَاتِ التِّلْفُوْنِيَّةِ وَعَدَمُ إِطَالَتِهَا

“Terampil (hemat) dalam obrolan telepon dan tidak berlama-lama.”

Semoga bermanfaat.

Oleh: Achsanut Taqwim


[1] Makarimul Akhlak, Hasan bin Fadhl al-Thabrisi Hlm. 245

[2] Kitabun Khasshun Lil al-Mar’ah, Sayyid Muhammad Bin Alawi al-‘Idrus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *