Îjâz Hadzf dalam Al-Quran

Dalam ilmu balaghah, cara mengungkapkan suatu makna dalam hati ada tiga: musawah, ithnab, dan ijaz. Jika lafaz itu sesuai dengan makna, tidak lebih dan tidak kurang, maka disebut dengan musawah, seperti firman Allah:

 وَمَا تُقَدِّمُوۡا لِاَنۡفُسِكُمۡ مِّنۡ خَيۡرٍ تَجِدُوۡهُ عِنۡدَ اللّٰهِ ​ؕ

Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah 2:110).

Jika kita mengangan-angan makna ayat tersebut maka kita akan mendapati lafaz ayat itu sesuai dengan makna yang dikehendaki. Karena itu, jika ditambah satu lafaz maka akan menimbulkan makna lebih, dan bila dikurangi satu lafaz dari ayat itu maka maknanya akan cacat.

Cara kedua adalah ithnab, yaitu mengungkapkan makna dengan lafaz lebih banyak karena ada faedah. Contoh, firman Allah:

 رَبِّ اِنِّىۡ وَهَنَ الۡعَظۡمُ مِنِّىۡ وَاشۡتَعَلَ الرَّاۡسُ شَيۡبًا

Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah melemah dan kepalaku telah dipenuhi uban.” (QS. Maryam 19:4)

Maksud Nabi Zakaria adalah “saya sudah tua”. Beliau mengungkapkan maksudnya dengan hal-hal yang berada pada orang tua kebanyakan, yaitu tulang yang rapuh dan rambut yang putih. Kalau beliau mengatakan “saya sudah tua”, itu sudah cukup memahamkan pada mukhathab. Namun, beliau mengungkapkan maksudnya dengan lafaz yang lebih banyak karena memperlihatkan betapa lemahnya kondisi beliau.

Ketiga, ijaz, yaitu mengungkapkan makna dengan lafaz yang lebih sedikit, seperti dalam ayat:

 خُذِ الۡعَفۡوَ وَاۡمُرۡ بِالۡعُرۡفِ وَاَعۡرِضۡ عَنِ الۡجٰهِلِيۡنَ‏

Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Al-A’raf 7:199)

Potongan ayat tersebut mencakup semua budi pekerti yang mulia. Di antara macam ijaz adalah membuang lafaz. Ijaz model begini disebut juga dengan ijaz hadzf. Adapun lafaz yang dibuang itu bermacam-macam, seperti mudhaf, maf’ul, dan lain-lain, dan tulisan ini fokus pada pembuangan lafaz dalam al-Quran.

Sultanul-Ulama Syekh Izzuddin bin Abdissalam dalam kitab Al-Isyârah ilal-Îjâz fî Ba’dhi Anwâ’il-Majâz, menyebutkan 19 macam pembuangan lafaz dalam al-Quran.

1. Membuang mudhaf. Contoh :

وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ ٱلْخَبَـٰٓئِثَ  

Menghalalkan segala yang baik bagi mereka, mengharamkan segala yang buruk bagi mereka.” (QS. Al-A’raf 7:157)

Ayat tersebut membuang lafaz تناول atau اكل (mengonsumsi).

2. Membuang maf’ul. Contoh :

 لَخَلْقُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ ٱلنَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Penciptaan langit dan bumi itu sungguh lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ghafir 40:57)

Maksudnya adalah manusia tidak mengetahui bahwa penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia.

3. Membuang maushuf (isim yang disifati). Contoh :

 وَلَئِن رُّجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّىٓ إِنَّ لِى عِندَهُۥ لَلْحُسْنَىٰ ۚ

Jika (ternyata) aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh (pangkat) yang bagus di sisi-Nya.” (QS. Fushshilat 41:50)

Yang dibuang adalah lafaz المنزلة (pangkat).

4. Membuang lafaz قيل, يقولون, atau lafaz yang searti. Contoh :

 يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا۟ مَسَّ سَقَرَ

Pada hari (ketika) mereka diseret ke neraka dengan wajah (tertelungkup), (dikatakan kepada mereka,) “Rasakanlah sentuhan (api neraka) Saqar.” (QS. Al-Qamar 54:48-49).

Membuang lafaz يقال لهم (dikatakan kepada mereka).

5. Membuang syarat. Contoh :

 فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ

Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku.” (QS. Ali Imran 3:31).

Maksudnya فإن اتبعتموني يحببكم الله “jika kalian mengikutiku maka Allah akan mencintai kalian”.

6. Membuang jawaban syarat. Contoh :

 وَإِن يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌۭ مِّن قَبْلِكَ ۚ

”Jika mereka mendustakan engkau (Nabi Muhammad), sungguh rasul-rasul sebelum engkau telah didustakan pula”(QS. Fatir 35:4).

Jawab yang dibuang ialah فاصبر كما صبروا

 “sabarlah sebagaimana mereka bersabar”.

7. Membuang jawaban لو. Contoh :

 وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّـٰلِمُونَ فِى غَمَرَٰتِ ٱلْمَوْتِ

“Seandainya saja engkau melihat pada waktu orang-orang zalim itu (berada) dalam kesakitan sakratul maut” (QS. Al-An’am 6:93).

Membuang لرأيت أمرا هائلا

“Niscaya kamu melihat hal menakutkan”.

8. Membuang jawaban لولا. Contoh :

وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ وَأَنَّ ٱللَّهَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌۭ

 “Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu dan (bukan karena) Allah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang, (niscaya Allah akan menyiksa kalian)” (QS. An-Nur 24:20).

Jawaban yang dibuang adalah لعاقبكم بالعصيان المذكور في هذه السورة

“niscaya Allah akan menyiksa kalian sebab maksiat yang disebutkan dalam surat ini”.

9. Membuang sumpah. Contoh :

 لَقَدْ أَنزَلْنَآ إِلَيْكُمْ كِتَـٰبًۭا فِيهِ ذِكْرُكُمْ

 “Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan kepadamu sebuah Kitab (Al-Qur’an) yang di dalamnya terdapat peringatan bagimu” (QS. Al-Anbiya’ 21:10).

Yang dibuang adalah lafad ولله (demi Allah).

10. Membuang jawaban sumpah dengan syarat ada lafad yang menunjukkan jawaban yang dibuang itu. Contoh :

قٓ ۚ وَٱلْقُرْءَانِ ٱلْمَجِي

ِ “Qāf. Demi al-Quran yang mulia” (QS. Qaf 50:1).

Jawaban sumpah tersebut adalah لتبعثن

“Sungguh kalian akan dibangkitkan”.

Lafad yang menunjukkan bahwa jawaban sumpah tersebut dibuang adalah ayat setelahnya, yaitu ذَٰلِكَ رَجْعٌۢ بَعِيدٌۭ

“ Itu adalah pengembalian yang sangat jauh” (QS. Qaf 50:3).

11. Membuang mubtada’. Contoh :

فَقَالُوا۟ سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌۭ

“Lalu, mereka berkata, “(Musa) itu seorang penyihir lagi pendusta” (QS. Gafir 40:24).

Membuang lafaz هذا.

12. Membuang Khobar. Contoh:

 فَصِيَامُ ثَلَـٰثَةِ أَيَّامٍۢ فِى ٱلْحَجِّ وَسَبْعٍَ

“Dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (masa) haji” (QS. Al-Baqarah 2:196).

Yang dibuang adalh khobar muqoddam berupa فعليه.

13. Membuang huruf jer. Contoh :

نُودِىَ أَنۢ بُورِكَ مَن فِى ٱلنَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا

“Dia diseru, “Orang yang berada di dekat api dan orang yang berada di sekitarnya telah diberkahi” (QS. An-Naml 27:8).

Membuang huruf jer ba’ (بأن بورك).

14. Membuang fi’il yang mengamal. Contoh:

 فَأَجْمِعُوٓا۟ أَمْرَكُمْ وَشُرَكَآءَكُمْ

“Oleh karena itu, bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu” (QS. Yunus 10:71).

Fi’il yang dibuang adalah وادعوا yang mengamal pada lafad شركاءكم.

15. Membuang maf’ul yang biasa dibuang seperti maf’ulnya شاء atau أراد Ketika menjadi syarat. Contoh:

وَلَوْ شَآءَ لَهَدَىٰكُمْ أَجْمَعِينَ

“Jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi petunjuk kamu semua” (QS.An-Nahl 16:9).

Maksudnya ولو شاء هدايتكم

“Jika Allah berkehendak memberi hidayah kalian semua”.

16. Membuang dhamir isim maushul (‘aid). Contoh:

 أَهَـٰذَا ٱلَّذِى بَعَثَ ٱللَّهُ رَسُولًا

“Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?” (QS.Al-Furqon 25:41).

 Membuang dhamir yang sambung dengan shilah isim maushul, بعثه.

17. Membuang fi’il amar. Contoh:

 إِنَّمَآ أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَـٰذِهِ ٱلْبَلْدَةِ

“Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Makkah)” (QS. An-Naml 27:91).

Fi’il amar yang dibuang adalah قُلْ (katakanlah) diawal ayat.

18. Membuang jumlah. Contoh:

فَقُلْنَا ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْحَجَرَ ۖ فَٱنفَجَرَتْ مِنْهُ ٱثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًۭا

“Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air” (QS. Al-Baqarah 2:60).

Maksudnya فضربه فانفجرت “lalu Musa memukulnya lalu memancarlah”.

19. Membuang banyak jumlah. Conto :

أَنَا۠ أُنَبِّئُكُم بِتَأْوِيلِهِۦ فَأَرْسِلُونِ يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ

“Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu. Maka, utuslah aku (kepadanya). Wahai Yusuf, orang yang sangat dipercaya” (QS. Yusuf 12:45-46).

Jumlah yang dibuang adalah فأرسلوه فأتاه فقال يوسف

“kemudian mereka mengutusnya kepada Yusuf dan dia mendatanginya lalu berkata wahai Yusuf”.

Oleh: Muhajir/ Redaksi Istinbat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *