HEROISME SUMAYAH
Pantas kiranya para shahabat Nabi mendapat predikat tertinggi dan keistimewaan spesial yang tidak akan pernah dimiliki dan dicapai oleh seorang pun pada periode setelah mereka, sampai era modern saat ini. Sebab mereka semasa dan langsung bertatap muka dengan Rasulullah ﷺ, manusia paling mulia di dunia ini. Generasi shahabat merupakan generasi terbaik. Sebagaimana Nabi bersabda, yang artinya, “Sebaik-baiknya kalian adalah periodeku, kemudian periode setelahnya.”
Dari hadis ini menjadi jelas bahwa periode Rasulullah ﷺ adalah periode terbaik, shahabat yang hidup semasa dengannya juga menjadi generasi terbaik yang tak bisa ditandingi oleh generasi setelahnya. Hal itu terbukti dengan kesejahteraan umat berada di puncak gemilang, ibadah dilaksanakan dengan semangat yang membara, khusuk dan khudhûr, ketakwaan menjadi ruh kehidupan, jihad menjadi kegemaran, karena syahid adalah tujuan. Mereka berlomba-lomba mengikuti jejak langkah Rasulullah ﷺ dalam semua tatanan kehidupan.
Ada sebagian ulama berkata bahwa sejelek-jeleknya shahabat Nabi andaikan hidup di masa sekarang, maka ia akan menjadi orang terbaik.
Periode awal penyebaran Islam adalah masa yang sangat memberatkan. Menyatakan Islam secara terang-terangan dan mempertahankannya merupakan tantangan yang paling berat bagi shahabat. Mereka harus mempunyai kekuatan dan kesabaran membaja. Sebab, ketika mereka ketahuan menyatakan Islam dan iman kepada Nabi, maka mereka harus menerima berbagai macam intimidasi dan siksaan yang dahsyat dan pedih dari orang-orang kafir Quraisy.
Sasaran utama kafir Quraisy adalah orang-orang miskin dan budak-budak. Menurut Quraisy, hal itu merupakan pengkhianatan terhadap agama nenek moyang. Dengan begitu, pengkhianat harus menerima ganjaran siksaan yang setimpal, seperti keluarga shahabat Ammar bin Yasir. Ammar adalah seorang budak Bani Makhzum. Beliau memeluk Islam bersama ibu dan ayahnya. Setelah diketahui perihal keislaman keluarga Ammar, kafir Quraisy yang dipimpin Abu Jahal langsung menyeret mereka ke tengah-tengah padang pasir yang panas membara dan menyiksa mereka dengan sadis.
Di tengah-tengah penyikasaan itu, datanglah Rasulullah ﷺ dan bersabda: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir. Sesungguhnya tempat yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.”
Siksaan dan hukuman yang dilancarkan kepada keluarga shahabat Ammar bin Yasir sedikit pun tak membuat mereka gentar atau pum tunduk dan kembali ke agama nenek moyangnya, walaupun nyawa mereka menjadi taruhan. Namun, saking sadis siksaan yang dilancarkan kepada keluarga shahabat Ammar bin Yasir, Yasir (ayah Ammar) akhirnya syahid. Lalu diikuti ibu tercinta, Sumayah binti Khayyat syahid setelah Abu Jahal menikamkan tombak kepadanya. Dalam data sejarah Sumayah adalah syahidah pertama periode awal Islam. Sementara shahabat Ammar terus menjalani siksaan Abu Jahal yaitu dengan meletakkan batu besar di atas dadanya.
Selain Ammar, shahabat Bilal bin Rabah, sang muazin Rasulullah ﷺ. Bilal adalah budak Umayah bin Khalaf. Setelah Umaya mengetahui kabar keislaman Bilal, Umayah mengalungi leher Bilal dengan tali dan diserahkan kepada anak-anak agar dibawa dan diseret berkeliling bukit Mekah. Akibat perlakuan itu, kulit Bilal terkelupas.
Tidak cukup di situ, Umayah juga memukuli dan menjemur Bilal di atas terik panas matahari dalam kondisi kelaparan. Sejarah mencatat, selain siksaan tersebut, Bilal pernah dijemur dengan batu panas yang diletakkan di atas perutnya. Maha besar Allah, alih-alih takut dan mengeluh, Bilal dengan kebesaran jiwanya malah terus memekik ahadun, ahad. Beruntung ada shahabat Abu Bakar yang membeli Bilal dan memerdekakannya.
Ada lagi shahabat Abu Fakihah. Nama aslinya adalah Aflah. Beliau seorang budak dari bani Abdid-Dar. Setelah masuk Islam, kakinya diikat dengan sangat kencang, lalu diseret di atas tanah.
Selain tiga tokoh di atas, sebenarnya masih banyak shahabat yang juga mengalami penyiksaan, seperti Sayidah Zinirah, Sayidah Umu Ubais, dan Sayidah Nahdiyah, beserta putrinya.
Siksaan demi siksaan mereka terima dengan penuh kesabaran dan ketabahan yang membaja, dengan keimanan bak gunung besar. Keyakinan dan kepercayaan mereka seperti karang di tengah-tengah terjangan bahaya ombak besar mengguncang. Namun, semua itu tak mampu menggeser kemantapan dan keyakinan yang sudah tertanam dan tertancap dalam lubuk hati mereka. Kepercayaan kepada Allah dan Rasul menjadi segala-galanya bagi mereka. Tak bisa ditawar sedikit pun.
Begitulah perjuangan para shahabat Rasulullah ﷺ pada periode awal Islam di sebarkan, sehingga tidak heran dalam sejarah generasi ini tercatat sebagai generasi terbaik.
Oleh : Redaksi
Referensi :
Yusri As-Sayid Muhammad, Jami’us-Sirah, 26
Al-Jazairi, Abu Bakar Jabir, Hadzal–Habîb, 110-112
Ibnu Hisyam, As-Sîrohtun-Nabawiyah, 1/317-319
Imam al-Ghazali, Fiqhus-Sirah, 107-109
Al-Hamidiy, Moch al-Hasyimiy, as-Sîrotun-Nabawiyah, 45-48
Al-Andalusi, Abir-Rabi’ Sulaiman bin Musa, al-Iktifâ’, 1/194-196.
Al-Mabarkafuri, Shafiuyurrahman, Ar-Rahîqul Mahtûm, 83-86.