Kontroversi Hadis Qudsi
Di antara macam-macam hadis yang telah kita ketahui adalah Hadis Qudsi, hadis ini sampai kepada kita dengan jumlah rawi yang tidak begitu banyak, atau bisa dikatakan hadis ini memiliki status sebagai hadis ahad.
Secara terminologi, Hadis Qudsi adalah hadis yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad yang berasal dari Allah. dan tidak menggunakan redaksi yang sama dengan al-Quran.1 Bisa dikatakan hadis ini dari segi makna berasal dari Allah sedangakan redaksi lafalnya berasal dari Nabi Muhammad .2 Dalam periwayatannya, Hadis Qudsi memiliki status sebagai hadis ahad karena diriwayatkan oleh rawi yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Hadis Qudsi juga memiliki nama lain yaitu Hadis Ilahiyah atau Rabbaniyah.3
Silang Pendapat Terkait Hadis Qudsi
Status Hadis Qudsi masih menjadi perdebatan antara ulama, apakah tergolong hadis atau firman Allah. Perbedaan tersebut muncul karena sering kali redaksi hadisnya menggunakan beberapa kata ganti (pronoun) yang dikususkan bagi Allah swt, seperti redaksi:
يَا عِباَدِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي
Dalam hal ini ulama memiliki dua pendapat. Pertama, Hadis Qudsi merupakan firman Allah. dan Nabi hanya menyampaikan apa yang telah diwahyukan Allah kepadanya. Pendapat ini didukung oleh beberapa hal:
1. Ditinjau dari redaksi, Hadis Qudsi memiliki beberapa kata ganti yang dikhususkan kepada Allah. Jika tidak, hadis ini akan disampaikan menggunakan redaksi yang sama dengan hadis kebanyakan.
2. Penisbatan Rasulullah ketika meriwayatkanya kepada Allah. Dan yang paling masyhur adalah perkataan Nabi Muhammad seperti قال الله dan اوحى الله الي . Juga terdapat beberapa perkataan Nabi yang tidak menisbatkan secara langsung kepada Allah, akan tetapi ketika kita fahami secara makna dan istidlal, bisa kita fahami bahwa apa yang telah dikatakan Nabi berasal dari Allah. Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud;
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْد رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ حَاكِمٍ يَحْكُمُ بَيْنَ النَّاسِ إِلَّا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَلَكٌ آخِذٌ بِقَفَاهُ ثُمَّ يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَإِنْ قَالَ أَلْقِهِ أَلْقَاهُ فِي مَهْوَاةٍ أَرْبَعِينَ خَرِيفًا.4
3. Hadis Qudsi adalah riwayat Nabi Muhammad dari Allah. Hal ini bisa kita ketahui dari perkataan rawi seperti,
5.قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ atau قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْمَا رَوَاهُ عَنْهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kedua, Hadis Qudsi adalah hadis yang berisi perkataan Nabi Muhammad, dan redaksinya seperti kebanyakan hadis yang berasal dari Nabi. Pendapat ini senada dengan apa yang telah disampaikan oleh at-Tayibi, “al-Quran adalah lafal yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad. melalui Malaikat Jibril, sedangkan Hadis Qudsi adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi Muhammad menyampaikan kepada ummatnya menggunakan redaksi yang sama dengan hadis-hadis lain yang tidak ada penisbatan kepada Allah dalam redaksinya.”6
Dari sisi lain, ulama menyimpulkan bahwa ada beberapa poin yang membedakan antara Hadis Qudsi dan al-Quran. Pertama, al-Quran memiliki nilai i’jaz, sedangkan Hadis Qudsi tidak memilikinya. Kedua, shalat tidak akan sah jika membaca bacaan selain al-Quran. Ketiga, orang yang menentang al-Quran akan mendapatkan label sebagai orang kafir. Keempat, al-Quran adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril, berbeda dengan Hadis Qudsi. Kelima, lafal yang ada didalam al-Quran berasal dari Allah. Berbeda dengan Hadis Qudsi, lafal yang ada didalamnya berasal dari Nabi Muhammad. Keenam, al-Quran tidak diperkenankan dipegang oleh orang yang memiliki hadas.
Kandungan Hadis Qudsi
Redaksi Hadis Qudsi memiliki ciri khas yang berbeda dengan hadis-hadis lain. Hadis ini kebanyakan tidak berbicara mengenai hukum-hukum Fikih atau syariat secara terperinci, akan tetapi menyampaikan hal-hal tersebut secara global dan menggunakan ibarat yang sangat ringkas. Hadis Qudsi kebanyakan membahas hal-hal seputar iman, tarbiah, mengokohkan hati serta membersihkannya dari penyakit hati semisal sombong serta menyucikan hati dari mencintai dunia.
Hadi-hadis Qudsi juga menjelaskan pintu-pintu kebaikan, hal-hal yang mendorong manusia untuk mengerjakan perbuatan tercela, serta memberikan kesadaran kepada manusia untuk mengingat bahwa dunia merupakan hal yang tidak kekal, dan mendorong manusia untuk berlomba-lomba menuju surga.7
Dari pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa Hadis Qudsi merupakan bagian dari wahyu yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, akan tetapi keduanya memiliki perbedaan yang sangat jelas, yaitu Hadis Qudsi tidak memiliki keistimewaan yang dimiliki oleh al-Quran, seperti periwayatan al-Quran secara mutawatir, membacanya merupakan nilai ibadah tersendiri dan lain sebagainya.
Oleh: Fahmi Aziz
Referensi:
- As-Syaikh Muhammad Mutawalli as-Sya’rawi, al- Ahadis al-Qudsiyah, DKI, hal. 5
- As-Syarif Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab at-Ta’rifat, DKI, hal. 96
- Muhammad Muhammad Abu Zahwin, al-Hadis wal Muahddisun. hal. 16
- Al-Ahadis al-Qudsiyah as-Sahihah, Darul Kutub al-Islami, hal. 1-3
- Muhammad Muhammad Abu Zahwin, al-Hadis wal Muahddisn, hal. 16
- Muhammad Muhammad Abu Zahwin, al-Hadis wal Muahddisun, hal. 15
- Al-Ahadis al-Qudsiyah as-Sahihah, Darul Kutub al-Islami, hal. 1-3